"Wahai orang yang lesu, malas, dan khawatir menghadapi kesulitan......"
Tafsir Al Qur'an
"Wahai orang yang lesu, malas, dan
khawatir menghadapi kesulitan......" QS.73. Al-Muzzammil:1-2)
{ يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ . قُمِ اللَّيْلَ إِلا قَلِيلا }"
Ayat ini diturunkan sebelum nabi Saw., berhijrah ke Madinah. Tema utama ayat di atas adalah bimbingan kepada Nabi Saw., agar mempersiapkan mental untuk menerima tugas penyampaian risalah serta rintangan-rintangannya. Tujuannya bahwa amal kebaikan menampik rasa takut dan menolak mara bahaya.
"Hai Nabi Muhammad yang berselimut. kurangilah tidurmu dan bangkitlah secara sempurna untuk shalat dan bermunajat kepada Allah di malam hari, kecuali sedikit dari waktu malam untuk engkau gunakan tidur, yaitu seperduanya malam atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, hinga mencapai sepertiganya atau lebihkan atasnya dan bacalah Qur'an dengan perlahan-lahan dengan bacaan yang baik dan benar.
Kata "al-Muzammil" berarti beban yang berat. Seorang yang kuat dinamai "Izmil" karena ia mampu memikul beban yang berat. Arti lainnya yaitu "mengandeng" dengan kata ini lahir kata "zamil" artinya teman akrab. Dan "zimil" sesuatu yang dibonceng.
Pendapat–pendapat tentang maksud panggilan antara lain: 1) Wahai orang yang berselimut. 2) Wahai yang terselubung dengan pakaian kenabian. 3) Wahai orang yang lesu, malas, dan khawatir menghadapi kesulitan.
Pendapat Mufassir Imam Az-Zamakhsyari menyatakan: "Pada suatu malam Rasululah Saw., sedang berbaring dalam keadaan berselimut maka turunlah ayat ini menegur belia. Teguran ini mengandung arti kecaman, disebabkan karena beliau saat itu bersiap-siap untuk tidur nyenyak sebagaimana dilakukan orang lain yang tidak memberi perhatian kepada persoalan-persoalan besar. Serta malas dan enggan menghadapi kesulitan dan tantangan. Tetapi makna yang dikemukakan oleh az-Zamakhsyari sungguh jauh dari kebenaran bahkan tidak wajar dinyatakan sebagai sikap Rasul Saw.
Sayyid Quthub menyatakan, ini adalah ajakan dari langit serta panggilan yang Maha Besar lagi Maha Tinggi". Bangkitlah-bangkitlah untuk menghadapi persoalan besar yang menantimu. Bangkitlah untuk bekerja keras dan sungguh-sungguh. Bangkitlah karena telah berlalu masa tidur dan istirahat. Bangkit dan bersiaplah menghadapi persoalan-persoalan berat ini. Sayid Quthub selanjutnya menyatakan, bahwa Rasulullah Saw., menyadari benar kandungan ini sehingga beliau berkata kepada istrinya Khadijah: "Telah berlalu masa tidur Wahai Khadijah".
Tidak sedikit ayat yang berbicara tentang waktu sahur yang merupakan jantung waktu malam dan waktu seblum terbitnya waktu fajar.
"Demi malam apabila hampir meninggalkan gelapnya dan demi subuh apabila fajarnya mulai meyingsing". QS. Attakwir: 17-18)
"Dan pada sebagian malam hari shalat tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Robb-mu mengangkat kamu pada kedudukan yang terpuji". (QS. 17 : 79)
Mereka yang bangun sebelum waktu Subuh tiba atau mereka yang mendengarkan suara adzan dalam keadaan telah bersih suci dari hadits, maka Insya Allah orang itu akan mampu menghadapi tantangan hari itu. Dengan sikap yang tenang penuh optimisme. Wajah yang "fresh" lebih segar dan berseri–seri. Disertai tekad kuat berapi-api.
Seorang laki-laki datang kepada Sayyidina Ali Karramallahu Wajhahu, ia berkata" Sesungguhnya saya tidak mampu mengerjakan shalat malam". Beliau Radiyallaahu 'Anhu berkata: "Dosa-dosamu telah membelenggumu".
Dengan mengerjakan shalat malam akan memberikan gelar mulia kepada seseorang di alam Malakut tertinggi jika ia menjaga dan melakukannya. Adapun gelar yang diberikan itu adalah "Al-Mutahajid"; yang senantiasa mendirikan shalat malam.
"Dan di akhir-akhir malam (waktu sahur) mereka memohon ampun (kepada Allah) (QS. 51 : 18). "Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya sedang mereka berdo'a kepada Rabb-nya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafahkan sebagian rizki yang kami berikan kepada mereka". (QS. 32 ; 16 )
Dalam riwayat Imam As-Shiddiq dalam hal munajatnya Musa bin Imran kepada Allah. "Wahai anak cucu Imran...telah berdusta orang yang mengaku bahwa ia mencintai-Ku, sedang apabila malam tiba ia tidur meninggalkan Kami. Kemudian dalam riwayat lainnya. "Tiga perkara kebanggaan orang mu'min dan hiasannya di dunia dan akhirat, 1) shalat di akhir malam, 2) tidak mengharap sesuatu dari manusia, 3) berwilayah kepada "Ahlul-Bait" keluarga Nabi Muhammad Saw., Kemuliaan seorang mu'min adalah shalatnya di waktu malam dan keagungannya adalah pencegahan diri dari aib manusia.
Salah satu pesan Rasulullah kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra."....Dirikanlah shalat malam (Rasulullah mengulangi sampai empat kali). "Wahai Ali tiga kegembiraan bagi seorang mu'min; dikala bertemu teman-temannya, saat berbuka puasa, dan shalat malam di penghujung malam."
Rasul Saw., bersabda: "Jibril senantiasa mewasiatkan padaku dengan shalat malam sampai aku mengira bahwa sebaik-baik umatku adalah mereka yang tidak tidur kecuali sebentar".
Orang yang beriman dan mengharapkan perjumpaan dengan-Nya akan merasakan cemas dan penuh harap sehingga ia sangat berhati-hati dan waspada terhadap tingkah lakunya akan menimbulkan murka-Nya.
Diriwayatkan oleh Ali Bin Abi Thalib ra. Bahwa Rasulullah Saw., bersabda di akhir Witirnya,
اللّهُمَّ اِنِّيْ أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سُخْطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ وَأعُوذُبكَ وَمِنْكَ لاَ أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلىَ نَفْسِكَ
"Ya Allah sesungguhnya aku berlindung dengan keridhoan-Mu dari kemurkaan-Mu, dengan ampunan-Mu dari hukuman-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari azab-Mu. Aku tidak bisa menghinggakan pujian kepada-Mu. Engkau adalah sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri". HR. Abu Daud, Annsaai dan Hakim.
Wallahu'alamu bisshowaab!
H. Zaenal Asikin